PROBLEMATIKA KEABSAHAN PERKAWINAN BEDA AGAMA: KAJIAN NORMATIF DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK HUKUM DI INDONESIA
Abstract
Interfaith marriage refers to the union between two individuals of different religions and beliefs who agree to establish a marital relationship. In Indonesia, this issue raises legal and sociological debates concerning legal certainty, validity, and the fulfillment of citizens’ constitutional rights. In practice, many interfaith couples seek court approval to obtain a legal determination of their marriage, as reflected in the Surabaya District Court Decision Number 916/Pdt.P/2022/PN.Sby. This study employs a doctrinal method with a comparative law approach to analyze the regulation of interfaith marriage in Indonesia, judicial reasoning in deciding such cases, and its implications for the legal status of children born from these marriages. The findings reveal that interfaith marriage is essentially invalid under Article 2 of Law Number 1 of 1974 on Marriage, which requires that the validity of a marriage must be conducted in accordance with the religion and belief of each party. This creates legal problems, both in terms of legal certainty for the couple and the protection of children’s rights, thereby necessitating further consideration of alternative regulatory frameworks aligned with constitutional principles and Indonesia’s societal pluralism.
Keywords: Interfaith Marriage; Legal Validity; Legal Implications
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Buku
Abdurahman, Masalah Hak-Hak Atas Tanah dan Pembebasan Tanah di Indonesia, Bandung: Cet.2 Alumni,1983.
Bernhad Limbong, Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan, Jakarta: Margarertha Pustaka, 2011.
Asshiddiqie, J. Hukum Dalam Jagat Ketertiban Umum. Jakarta: UKI Press, 2000.
Amri, A. Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam, Media Syari’ah 22, 2020.
Abdul Muta’aj Al-Jabri. Apa Bahayanya Menikah dengan Wanita Nonmuslim? Tinjauan Fiqh dan Politik, Jakarta: Gema Insani Press. 2003.
Abdurrahman Taj, Al-Ahkan As-Syakhsiyyah Fi Asy-Syari’ah Al-Islamiyah Khoirudin Nasution. Hukum Perdata Keluarga Islam dan Perbandingan Hukum Perkawinan di Negara Muslim, Yogyakarta: Akademia Tazzafa, 2009.
Hilman Hadikusuma. Hukum Perkawinan Indonesia, Bandung: Mandar Maju. 1990.
Johnny Ibrahim. Teori dan Metodologi Penelitian Normatif, Malang: Bayumedia Publishing. 2013.
Muhammad Khambali. Hukum Perkawinan Kajian Perceraian dengan Alasan KRRT, Deepublish, Yogyakarta, 2017.
M. Syamsudin, (2007). Operasionalitas Penulisan Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Mohd. Idris Ramulya, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta : Pt Bumi Aksara, 2002.
Moh. Rifa’I. Ilmu Fiqh Islam Lengkap, Semarang: CV. Toha Putra, 1978.
Nurul Qamar, Aan Aswari, Hadianto Djanggih, Muhammad Syarif, Dachran S. Busthami, Kamal Hidjaz, dan Farah Syah Rezah, (2017). Metode Penelitian Hukum (Legal Research Methods), Ctk. Pertama, CV. Social Politic Genius, Makassar
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, dikutip dari Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis serta Disertasi, Cetakan Pertama, CV. Alfabeta, Bandung. 2017.
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum, Ctk. Ketiga, Universitas Indonesia, Jakarta. 2006.
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum, Cet. III, Jakarta, Universitas Indonesia. 2010.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Penlitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2001.
Zainuddin Ali. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika. 2009.
Peraturan Perundangan
Law Number 2 2012 concerning Land Acquisition for Development in the Public Interest
Government Regulation Number 19 of 2021 concerning organizing Land Acquisition for Development in the Public Interest
Supreme Court Decision Number 207/Pdt/2013
Jurnal
Fadjar, Abdul Mukhtie. (2008). Poligami dan Konstitusi. Jurnal Konstitusi, 4(4), 2-15.
Akhmad Munawar. (2015). Sahnya Perkawinan Menurut Hukum Positif yang Berlaku di Indonesia, Al’ Adl 7 (13).
Evelyn Fenecia, Shenti Agustini, and Winda Fitri, (2024). Kepastian Hukum Sema Nomor 2 Tahun 2023 Terhadap Perkawinan Antar-Agama Dalam Bingkai Kebhinekaan Indonesia”, PAMALI: Pattimura Magister Law Review, 4(2).
Jane Marlen Makalew, (2013). Akibat Hukum dari Perkawinan Beda Agama di Indonesia, Lex Provitum, I(2).
Santoso, (2016). Hakekat Perkawinan Menurut Undang-Undang Perkawinan, Hukum Islam, dan Hukum Adat, Yudisia, 7(2).
Sri Wahyuni, (2011). Perkawinan Beda Agama di Indonesia dan Hak Asasi Manusia, In Right: Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, 1(1).
Tengku Erwinsyahbana, (2012). Sistem Hukum Perkawinan pada Negara Hukum Berdasarkan Pancasila, Jurnal Ilmu Hukum, 3(2).
Website
Yu Un Oppusunggu, S.H., LL.M.,Ph.D., “Menilik Uji Materi Undang-Undang Perkawinan” Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 3 Maret 2022, tersedia pada https://law.ui.ac.id/menilik-uji-materi-undang-undang-perkawinan-oleh-yu-un-oppusunggu-s-h-ll-m-ph-d/.
Komisi VIII DPR Republik Indonesia, “Hakim MA Perlu Ikuti Putusan MK dan Institusi Agama terkait Pengesahan Perkawinan Beda Agama”, DPR RI, 27 Desember 2022, tersedia pada https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/42600/t/Hakim+MA+Perlu+Ikuti+Putusan+MK+dan+Institusi+Agama+terkait+Pengesahan+Perkawinan+Beda+Agama#:~:text=MUI%20telah%20berulang%20kali%20tegas,adalah%20tidak%20sah%2C%E2%80%9D%20ujarnya.
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, MK Tolak Permohonan Perkawinan Beda Agama, 31 Januari 2023, mkri.id, tersedia pada https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=18870&menu=2.
DOI: https://doi.org/10.36987/jiad.v13i3.6528
Refbacks
- There are currently no refbacks.
<