SYNCHRONIZATION OF JUDICIAL PARDON REGULATIONS IN THE INDONESIAN CRIMINAL JUSTICE SYSTEM
Abstract
Judicial Pardon is a legal mechanism that grants judges the discretion to decide a case even when the defendant is formally proven guilty. Unlike the traditional criminal law approach, which emphasizes legality and punishment, Judicial Pardon takes into account personal, situational, and social impact factors related to sentencing. This study employs a normative legal method with a synchronization type, analyzing the alignment of laws and regulations both vertically and horizontally. The findings indicate that the synchronization of judicial pardon within Indonesia's penal system is based on three main foundations: philosophical, juridical, and sociological. Philosophically, judicial pardon aligns with the principles of substantive and restorative justice, ensuring proportional punishment while providing room for the rehabilitation of offenders and the restoration of society. The ideal concept of judicial pardon in Indonesia’s future is crucial for establishing a more just, humane, and responsive criminal justice system.
Keywords: Judicial Pardon, Criminal Justice Reform, Substantive Justice, Penal Policy, KUHAP
Full Text:
PDFReferences
Book
Ali Zaidan. Menuju Pembaruan Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika, 2015.
Bambang Sunggono. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
John Kenedi. Kebijakan Hukum Pidana (Penal Policy) dalam Sistem Penegakan Hukum di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017.
Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. Edisi Revisi. Jakarta: Kencana, 2013.
Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014.
Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Regulations
Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Journal
Adolfina Manafe, Vita, dan Listiyowati Sumanto. “Asas Pemaafan Hakim (Rechterlijk Pardon) Sebagai Upaya Penyelesaian Tindak Pidana Ringan untuk Pembaharuan Hukum Pidana Nasional.” Jurnal Hukum Modern 6, no. 3 (Juli 2024). Fakultas Hukum, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
Adery Ardhan Saputro. “Konsepsi Rechterlijk Pardon atau Pemaafan Hakim dalam Rancangan KUHP.” Jurnal Mimbar Hukum 28, no. 1 (Februari 2016): 63. Fakultas Hukum, Universitas Indonesia.
Adery Syahputra. “Tinjauan Atas Non-Imposing of a Penalty/ Rechterlijk Pardon/ dispensa de pena dalam R KUHP serta Harmonisasinya dengan R KUHAP.” Institute for Criminal Justice Reform, 2016.
Arif Setiawan. “Konsep Permaafan Hakim (Rechterlijk Pardon) dalam Pembaharuan RUU KUHP dan RUU KUHAP.” Universitas Islam Indonesia, 2021.
Farikhah, Mufatikhatul. “Konsep Judicial Pardon (Pemaafan Hakim) dalam Masyarakat Adat di Indonesia.” Jurnal Hukum Media 25, no. 1 (2018): 81–92.
Farikhah, Mufatikhatul. “Rekonseptualisasi Judicial Pardon dalam Sistem Hukum Indonesia (Studi Perbandingan Sistem Hukum Indonesia dengan Sistem Hukum Barat).” Jurnal Hukum & Pembangunan 48, no. 3 (2018). Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.
Hakim, Lukman. “Penerapan Konsep ‘Pemaafan Hakim’ sebagai Alternatif dalam Menurunkan Tingkat Kriminalitas di Indonesia.” Jurnal Keamanan Nasional 5, no. 2 (2019): 185–202.
Indi Muhtar Ismail, Dominikus Rato, dan Bayu Dwi Anggono. “Kepastian Hukum Penerapan Asas Rechterlijk Pardon pada Putusan Perkara Pidana.” Jurnal Hukum Humani 13, no. 2 (November 2023): 398. Fakultas Hukum, Universitas Jember.
Kai, Muh. Iksan Putra, et al. “Asas Pemaafan Hakim dalam Pembaharuan Hukum Pidana di Indonesia.” Jurnal Dunia Ilmu Hukum dan Politik 2, no. 1 (Januari 2024): 164. Fakultas Hukum Universitas Negeri Gorontalo.
Khilmatin Maulidah, et al. “Kebijakan Formulasi Asas Permaafan Hakim dalam Upaya Pembaharuan Hukum Pidana Nasional.” Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia 1, no. 3 (2019): 282. Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro.
Ni Putu Rai Yuliartini. “Kedudukan Korban Kejahatan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).” Jurnal Komunikasi Hukum 1, no. 1 (Februari 2015). Universitas Pendidikan Ganesha.
Ridwan Suryawan. “Asas Rechtelijk Pardon (Judicial Pardon) dalam Perkembangan Sistem Pemidanaan di Indonesia.” Indonesian Journal of Criminal Law and Criminology 2, no. 3 (November 2021). Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret.
Setiawan, Vincentius Patria, dan Itok Dwi Kurniawan. “The Urgency of Rechterlijk Pardon Regulation in Criminal Law Renewal.” Jurnal Inovasi Penelitian 2, no. 2 (2021): 643.
Sukma, F., dan C. Cumbhadrika. “Urgensi Penerapan Rechterlijk Pardon sebagai Pembaharuan Hukum Pidana dalam Perspektif Keadilan Restoratif.” Gorontalo Law Review 6, no. 1 (2023): 46–61.
Website
“Memahami Rechterlijk Pardon atau Konsep Pemaafan Hakim.” Hukumonline.com. Diakses 25 September 2024, pukul 21.50 WIB. https://www.hukumonline.com/berita/a/memahami-rechterlijk-pardon-atau-konsep-pemaafan-hakim-lt6438c43d2efab/.
“Divonis 2 Bulan, Kakek Samirin yang Pungut Getah Karet Seharga Rp 17.000.” Kompas.com. Diakses 7 April 2025, pukul 19.50 WIB. https://regional.kompas.com/read/2020/01/22/09490091/divonis-2-bulan-kakek-samirin-yang-pungut-getah-karet-seharga-rp-17.000.
“Nenek 92 Tahun Divonis Penjara karena Tebang Pohon Durian.” CNN Indonesia. Diakses 7 April 2025, pukul 17.30 WIB. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180130210943-12-272750/nenek-92-tahun-divonis-penjara-karena-tebang-pohon-durian.
“Nenek Asyani dan Hukum yang Ringkih.” Pengadilan Agama Penajam. Diakses 7 April 2025, pukul 15.50 WIB. https://www.pa-penajam.go.id/informasi-pengadilan/369-nenek-asyani-dan-hukum-yang-ringkih-21-9.
“Kasus Pencurian Kakao oleh Nenek Minah.” Detik.com. Diakses 7 April 2025, pukul 15.50 WIB. https://news.detik.com/berita/d-1244955/mencuri-3-buah-kakao-nenek-minah-dihukum-1-bulan-15-hari.
“Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.” Youth for Human Rights. Diakses 7 Maret 2025, pukul 12.30 WIB. https://www.youthforhumanrights.org/what-are-human-rights/universal-declaration-of-human-rights/introduction.html.
“International Covenant on Civil and Political Rights.” OHCHR.org. Diakses 7 Maret 2025, pukul 12.40 WIB. https://www.ohchr.org/en/instruments-mechanisms/instruments/international-covenant-civil-and-political-rights.
“Konsep Pemaafan di RKUHP Dinilai Perlu Diatur agar Tak Disalahgunakan.” Kompas.com. Diakses 7 Maret 2025, pukul 15.08 WIB. https://nasional.kompas.com/read/2018/05/08/06060061/konsep-pemaafan-di-rkuhp-dinilai-perlu-diatur-agar-tak-disalahgunakan.
DOI: https://doi.org/10.36987/jiad.v13i2.7555
Refbacks
- There are currently no refbacks.
<